“Terlihat jelas bade yang menjulang dari kejauhan, seakan benda itu memiliki aura magis yang kuat untuk menarik semua perhatian siapa pun yang melihat bade ini. Sebuah perhelatan besar akan terjadi sebentar lagi ."gumam saya!
Alm Cok dipindahkan dari Bade Tower ke Lembu Sacrophagus
Lembu Sacrophagus |
Bade Tower 11 grades ketika Pelebon sang Ratu Ida Dewa Agung Istri Putra dari Klungkung |
Para petugas telah siap untuk mengamankan
jalannya acara ini, mereka dengan sigap berdiri di sisi jalan, begitu pula
dengan petugas PLN yang tengah berada diatas tiang-tiang listrik untuk
membongkar kabel-kabel listrik di sepanjang jalan dari Puri hingga pura dalam
yang berjarak sekitar 300 meter. Pada
hari itu akan terjadi dua acara Pelebonan atau Ngaben di Ubud. Seorang kaya
raya yang memiliki pesan terakhir untuk dibuatkan lembu atau sarcophagus kerbau
yang mana mempunyai makna sebagai kendaraan menuju alam yang tenang dan salah
satu pangeran Ubud, Cokorda Putra Widura yang telah meninggal beberapa minggu
lalu. Terik sang mentari tak menyurutkan
niat para wisatawan yang telah memadati kawasan sekitar puri ubud, beragam
jenis kamera mulai dari kamera handphone, kamera dslr dengan lensa pendek
hinggal panjang dan tak tertinggal juga drone yang telah mengudara mengarsipkan
setiap moment acara ini. Mendadak café-café dan restaurant sekitar Puri menjadi
penuh sebagai tempat melepaskan dahaga dan lelah untuk menunggu mulainya acara
ini yang diperkirakan sekitar jam 13:00 WITA.
Terlihat jelas bade yang menjulang dari kejauhan, seakan benda itu memiliki aura yang kuat untuk menarik semua perhatian siapa pun yang melihat bade ini. sebuah perhelatan besar akan terjadi sebentar lagi . lembu sarcophagus dan bade (rumah) telah disiapkan di depan puri, siap untuk mengantar pangeran Cokorda ke peristirahatan yang terakhir tak ketinggalan ribuan wisatawan turut mengantarkannya pula sekaligus menjadi pengalaman berharga dapat menyaksikan acara royal Ngaben ini.
Masyarakat
sekitar telah siap memberikan baktinya sebagai penghormatan terakhir untuknya
dimana setiap banjar telah mendapatkan tugas untuk menggotong sarcophagus, bade,
maupun segala bentuk acara yang dibutuhkan di sini.
Ngiiinngggg
trong trong gong… terdengar suara sirine dan tabuhan bale ganjur yang
menandakan para pembawa lembu sarcophagus siap jalan, petugas pun mengingatkan
para wisatawan untuk merapat ke sisi jalan mengingat masyarakat pembawa lembu
akan berlari untuk mengangkatnya. Dilanjutkan dengan keluarnya dua orang putri
cantik yang duduk dengan anggun diatas tandu lengkap dengan pakaian adat Bali
yang melekat ditubuhnya, terdapat beberapa sesajen yang tercengkram erat di
tangan kecil mungilnya. cekrak cekrek tak ayal para pemburu foto menjadikannya
sebagai salah satu koleksi di album mereka.
***
Sebagai
salah satu upacara penting dalam circle kehidupan di dalam ajaran agama Hindu
yang artinya upacara kremasi atau pembakaran terhadap jasad jenazah. Ngaben
memiliki makna yaitu mengirim jenazah ke kehidupan mendatang, dimana mereka
yang telah dingabeni akan melangkah ke tahap reinkarnasi.
Dalam ajaran agama Hindu, jasad manusia terdiri dari badan halus
(roh atau atma) dan badan kasar (fisik). Badan kasar dibentuk oleh lima unsur
yang dikenal dengan Panca Maha Bhuta.
Kelima unsur ini terdiri dari
·
pertiwi (tanah),
·
teja (api),
·
apah (air),
·
bayu (angin),
·
dan akasa (ruang hampa).
Lima
unsur ini menyatu membentuk fisik dan kemudian digerakkan oleh roh. Jika
seseorang meninggal, yang mati sebenarnya hanya jasad kasarnya saja sedangkan
rohnya tidak. Oleh karena itu, untuk menyucikan roh tersebut, perlu dilakukan
upacara Ngaben untuk memisahkan roh dengan jasad kasarnya. Di
depan “Bade” terdapat kain putih yang panjang yang bermakna sebagai pembuka
jalan sang arwah menuju tempat asalnya. Di setiap pertigaan atau perempatan
maka “Bade” akan diputar sebanyak 3 kali. Umumnya proses pembakaran dari
jenazah yang utuh menjadi abu memerlukan waktu 1 jam. Abu ini kemudian
dikumpulkan dalam buah kelapa gading untuk dirangkai menjadi sekah. Sekah ini
yang dilarung ke laut, karena laut adalah simbol dari alam semesta dan
sekaligus pintu menuju Dewa yang ada di lautan. (info dari http://pusakapusaka.com/)
**
Para keluarga memberikan sesajen dan berputar 3 kali sebelum raga sang pangeran di ngaben |
- · Brahmana (pendeta)
- · Ksatria (penguasa / ksatria )
- · Wesia (pedagang )
- · Sudra (petani)
Perjalanan terakhir sang pangeran di dunia |
Finally may your onward journey be a good one to peacefull place
and you will be missed as always. Thank you, you gave us nice
experience in the last your on the earth with Royal Ngaben.
One of toursit attraction, totalitas tanpa batas untuk mengabdikan setiap moment |
No comments:
Post a Comment
Komentar adalah sepenuhnya tanggung jawab dari pengomentar.
Pihak Yulutrip tidak bertanggung jawab dengan segala isi yang terkandung dalam komentar.
salam \0/